PAS 55 merupakan suatu spesifikasi pengelolaan asset fisik yang akan menjadi standar ISO 55.000 Manajemen asset fisik tahun 2014. Sertifikasi ini berhasil di peroleh PT. Indonesia Power, belum lama ini sekaligus bertepatan dengan ulang tahun Indonesia Power yang ke-18, 3 Oktober 2013 lalu.
Pada peringatan Hari Ulang Tahun yang ke 18 ini, PT Indonesia Power menetapkan tema “Perjalanan Menuju Perusahaan Pembangkitan Tenaga Listrik Kelas Dunia”. Direktur Utama, Djoko Hastowo mengatakan tema ini menjadi pengingat bahwa seluruh rangkaian keberhasilan dan prestasi selama ini merupakan buah dari komitmen, kerja keras serta perbaikan terus menerus dari tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Djoko, prestasi hanya dapat dipertahankan jika perusahaan terus me-lakukan berbagai inovasi, selaras dengan upaya perbaikan untuk selalu meraih hasil terbaik. Guna memastikan hal tersebut, Direktur Utama menghimbau seluruh insan PT Indonesia Power se-nantiasa meningkatkan kompetensinya.
Kado ulang tahun berupa serifikat PAS 55 diperoleh dari EC HARRIS BULIT CONSULTANCY London Inggris dan diberikan kepada 5 unit yaitu Unit Kantor Pusat & Unit Bisnis Pemeliharaan, Jakarta, Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Suralaya, Banten, Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Priok, Jakarta, Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling, Jawa Barat dan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Kamojang, Jawa Barat.
“ Kesuksesan ini berkat kerja keras dan kerja sama seluruh Pegawai serta bantuan konsultan saat setup dan implementasi. PT Indonesia Power telah mempelajari PAS 55 sejak tahun 2011 dengan konsultan pengajar NSGI. Hasil maturity level 2.03, “ ujarnya.
Tahun 2012 PT Indonesia Power memang melakukan training dan Gap Analysis dengan menggandeng EA Technology (EATL), dimana EATL adalah salah satu patron Institute of Asset Management (IAM) dan merupakan IAM PAS 55 endorsed assessor and endorsed trainer.
Hasil Gap Analysis menunjukkan maturity level 2.43. untuk dapat tersertifikasi PAS 55 minimal harus memenuhi nilai maturity sebesar 2.5 untuk semua klausul.
Kemudian tahun 2013 kembali menggandeng EATL untuk melanjutkan pembuatan penyempurnaan kebijakan, sistem, prosedur, dan dokumen terkait. Saat sertifikasi dilakukan oleh Edward Charles Harris (EC Harris), sebuah perusahaan yang tercatat sebagai IAM PAS 55 endorsed assessor.
Kelebihan PAS 55
5 unit yang memperoleh PAS 55 di 2013 ini. menurut Djoko, adalah kelima unit kerja ini telah merepsesentasikan PT Indonesia Power dengan keikutsertaan Kantor Pusat sebagai pengelola kebijakan, strategi, dan Perencanaan.
Sedangkan empat unit kerja lainnya mewakili Pembangkit Listrik termal batubara, combine cycle, hydro, dan geothermal. Kelima unit ini juga Buy in dan implementasi lebih leading saat di setup bulan Maret – Juni 2013. Sedangkan kelengkap-an dokumen dan penyusunan In Power IMS yang lebih baik
4 Unit Bisnis lainnya yaitu UBP Semarang, UBP Mrica, UBP Perak Grati, dan UBP Bali, menurut Djoko, direncanakan akan tersertifikasi Semester 1 tahun 2014. “ Diharapkan April sudah tersertifikasi semua, “ ujarnya.
Komitmen Sejak 2010
Indonesia Power telah berkomitmen sejak tahun 2010 dalam mengimplementasikan manajemen asset yang ditandai dengan capacity bulding dan training.
Kemudian juga memasukkan penilai-an maturity level manajemen asset sejak 2011. Hal-hal ini dilakukan untuk menstandarkan pengelolaan asset fisik sesuai best practice sehingga bisa menjadi best practice.
Direksi memang memberikan perhatian penuh atas perbaikan proses melalui implementasi InPower IMS. Implementasi sistem tersebut diharapkan mampu mengintegrasikan 7 sistem mutu sesuai standar internasional dan kriteria Malcolm Balridge sebagai landasan tolok ukur perusahaan. Upaya standarisasi tersebut menunjukkan hasilnya dengan memperoleh sertifikasi PAS 55.
PAS 55 mempunyai 7 kriteria yaitu persyaratan umum, kebijkaan manajemen asset, strategi tujuan dan perencanaan manajemen asset, asset manajemen enabler dan control, implementasi rencana manajemen asset, asessmen dan peningkatan kinerja dan manajemen review.
Untuk memenuhi ketujuh kriteria tersebut suatu perusahaan harus memiliki dan menjalankan suatu kebijkaan, rencana jangka panjang, rencana tahunan dan tujuan pengelolaan asset secara terintegrasi dan berkesinambungan.
“Kemudian agar hal tersebut berjalan diperlukan penggerak dan pengendali berupa pengelolaan SDM, komunikasi, sistem dokumentasi, sistem informasi, manajemen risiko, ketaatan terhadap peraturan dan manajemen perubahan, “ ujarnya, belum lama ini. Proses-proses ini, menurutnya, memang menunjukkan suatu keberhasilan terhadap peningkatan kinerja dan adanya pembelajaran organisasasi.
PT. Indonesia Power sendiri akan memperoleh beberapa keuntungan dengan diperolehnya sertifikat ini. Pertama, memberikan jaminan kepada pemegang saham bahwa implementasi manajemen asset Indonesia Power telah sesuai dengan best practice.
Kedua, memberikan keyakinan (pondasi kuat) kepada IP mencapai RJPP dan KPI (kinerja) melalui proses yang baik dan benar. Ketiga, memberikan kesempatan sharing informasi dan knowledge kepada pegawai secara terstruktur dan transparan.
Bagi para pegawai sendiri, sertifikasi PAS 55 sudah harus menjadi suatu kebutuhan. “Setiap pegawai harus menyadari peran serta dan kontribusinya terhadap peningkatan kinerja perusahaan, “ tambahnya.
Indonesia Power berkomitmen menjadi perusahaan pembangkit 10% world class services tahun 2015. Dimana pembangkit IP dapat mencapai EAF (Equivalent Availability Factor) 10% terbaik standar NERC (North American Electic Reliablity Corporation).
Selama 18 tahun perjalanannya, kompetensi PT Indonesia Power telah mendapat banyak pengakuan pihak luar. Hal ini dapat diketahui dari seluruh kegi-atan kompetisi inovasi di lingkungan PT PLN (Persero) maupun di lingkup yang lebih luas.
Tetapi menurut Djoko, ada agenda penting yang masih harus dipenuhi kedepannya yaitu siap tinggal landas menuju kinerja kelas dunia dengan ISO 55000 (PAS 55), Malcolm Baldrige dan InPower Integrated Management System (IMS).
Beban dan tugas kedepannya adalah pengimplementasian Asset Management ini dalam kegiatan proses bisnis oleh seluruh bidang, tidak hanya pada operasi dan pemeliharaan, namun seluruh bidang termasuk prokurmen, administrasi dan Keuangan.
Kedepannya setiap tahun akan dilakukan Audit Surveilance untuk melihat konsistensi dari penerapannya. Selain itu, pemenuhan berbagai standar dan kriteria yang diakui sebagai ukuran keberhasilan perusahaan, juga akan terus dilakukan. “ Sasaran utama kita adalah Initial Public Offering (IPO). Kita punya tahapan hingga 2022. IPO bisa maju sesuai kesiapan perusahaan, “ ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar