Kamis, 30 Oktober 2014

pembangkit tenaga listrik pt indonesia power

Pembangkit merupakan bagian penghasil energi listrik yang pertama, atau dengan kata lain sumber awal dari energi listrik yang nantinya akan disalurkan kepada konsumen.
Spesifikasi pembangkit yang perlu diperhatikan adalah:
a. Konstanta kelembaban rotor pernbangkit termasuk mesin (H) yang menyimpan energi kinetik dalam rotor dan merupakan peredam goncangan frekuensi, besarnya sekitar 1 s/d 7 sec/MWA.
Konstanta tersebut mempunyai hubungan dengan data mekanis sebagai berikut:
H =
dimana:H = Konstanta kelembaman ( MW.sec/MWA atau  )
GD2= Momen kelembaman(kg.m2)
Rpm= Putaran rotor (putaran/menit)
kVA= Daya pengenal pembangkit (kvA)
pembangkit yang baru khususnya dengan kapasitas yang lebih besar cenderung mempunyai H yang lebih kecil dari pada produksi lama. Mengingat cadangan utama (sesaat) dalam system tenaga listrik ditentukan oleh total H yang ada dalam system, maka dalam usaha menjaga  mutu frekuensi system terhadap goncangan beban maka haarga H minimum perlu ditetapkan, berdasarkan data pembangkit PLN dan buku-buku dalam referensi dapat dipilih H minimum jenis PLTU 2,5: PLTA 2; PLTG dan PLTP 5 sedang PLTD 1, semuanya dalam MW.sec/MVA atau
secara komulatif makin kecil ukuran suatu jenis pembangkit sebaiknnya mempunyai H yang besar.
Contoh: sebuah PLTD  15,75 3 MVA; 428 Rpm bila dipilih konstanta inersia H = 1 ingin diketahui momen kelembaman GDyang diperlukan .
Hitungan dengan rumus 1 dapat dipeoleh
GD=
=
=62,750 kg m2
Impedans transien Xd’, impedans sinkron Xd yang besarnya kira-kira kebalikan rasio hubung singkat (short circuit ratio) dan impedans transformator penaik Xt dari pembangkit produksi baru cenderung menjadi lebih besar. Dari segi sistem, salah satu cara untuk mengukur tingkat stabilitas relatif pembangkit yang terhubung pada sistem (terhadap gangguan hubung singkat 3 fasa) adalah dengan mengecek waktu pembebasan-gangguan-kritis (critical fault-clearing time, TC) yang besarnya kira-kira mempunyai hubungan:
Tc         Ks, dimana Ks =
Sebagai contoh sebuah PLTU H= 3,3 ; Xd’=0,22: Xd = 1,56
Xt=0,12 per unit maka indeks stabilitas relative Ks adalah:
Alternative lain dengan Xd’ = 0,3 dan Xdd = 2 per unit untuk memperoleh indeks stabilitas relative yang yang sama diperlukan H = Ks2(Xd’+Xt)(Xd+Xt) = 2,42(0,3+0,12)= 5,1
Sistem penguatan ikut mempengaruhi karakteristik system pembangkit. Usaha memperbaiki tingkat stabilitas melalui perlengkapan ini misalnya dengan sistem penguatan elektronik yang mempunyai tanggap (respons) yang lebih tinggi dan mempunyai pengatur stabilitas (Power System Stabilizer). Penggunaan perlengkapan jenis ini sering dipakai untuk mengkompensasi pemilihan Xd’dan Xd yang relatif besar. Demikian pula sistem pengatur putaran iuga mempengaruhi tingkat stabilitas. Perkembangan sistem ini menyangkut sistem pengaturan elektronik.
Kemarnpuan mesin pembangkit,khususnya mesin pembangkit termis dalam menanggung variasi pernbebanan akibat variasi daya yang diserap beban, antara lain berupa daya cadangan lambat, cadangan cepat dan cadangan utama (slow reserve, fast reserve, primary reserve) merupakan faktor yang penting sehubungan dengan adanya beban industri. Faktor ini ikut menentukan keandalan dan mutu listrik sistem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar